Riau Diminta Serius Ajukan Pacu Jalur Ke UNESCO

RIAUMERDEKA-Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Rony Rahmat, serta Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, diharapkan bersama-sama memajukan aset budaya Riau, seperti Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Istana Kerajaan Rokan dan banyak lainnya.
Demikian disampaikan oleh Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Riau (UNRI), Hendrini Renolafitri, S.IP, M.A kepada Wartawan melalui Aplikasi WhatsApp, Sabtu (12/7/2025).
Hal itu merespons pernyataan yang disampaikan oleh Bupati Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Dr. H. Suhardiman Amby, Ak, M.M pada 10 Juli 2025 dalam laporan Antaranews.com, di Teluk Kuantan.
Menurutnya, potensi pariwisata Riau masih belum mendapat perhatian yang layak, karena selama ini terlalu bergantung pada sektor minyak dan kelapa sawit. Padahal, berbagai elemen budaya lokal seperti Pacu Jalur memiliki nilai historis dan simbolik yang tinggi.
"Aset budaya lokal tersebut sangat berpeluang besar untuk didaftarkan ke dalam kategori, Warisan Budaya Takbenda (WBTB) atau Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO,"ujar Dosen muda berparas cantik itu.
Itu sebabnya, peran akademisi Hubungan Internasional Universitas Riau telah menyuarakan pentingnya pelestarian ICH sejak lama, sebab Industri pariwisata adalah sektor yang bisa terus hidup bahkan di tempat mati sekalipun.
Meski diakuinya, Revitalisasi budaya bukan pekerjaan mudah, akan tetapi perlu disadari disinilah UNESCO dibutuhkan sebagai jembatan kerja sama dan bantuan yang diharapkan.
Sejak bergabung sebagai dosen di Universitas Riau, Hendrini telah melihat betapa besar potensi budaya lokal yang belum tergarap. Dia menilai pemerintah daerah belum menyadari sepenuhnya potensi itu.
Dengan kata lain, pemerintah belum tahu harus melangkah ke mana. Padahal, di sinilah seharusnya peran anak-anak HI. Karena itu, dia memanfaatkan Merdeka Belajar untuk melatih mahasiswa agar siap berdampak di daerahnya sendiri.
Melalui mata kuliah "Pariwisata dalam Hubungan Internasional" sejak tahun 2021 Hendrini telah melibatkan mahasiswanya dalam simulasi pendaftaran situs budaya ke UNESCO, termasuk terjun langsung ke lapangan untuk memahami elemen-elemen apa saja yang memenuhi kategori ICH.
Ia menegaskan, pemahaman terhadap struktur dan dokumen ICH (Intangible Cultural Heritage) menjadi krusial dalam pengajuan. Niat ini pernah ia sampaikan secara terbuka dalam acara Diskusi Pariwisata: Riau Mendunia, bersama Kadis Pariwisata Riau Rony Rahmat, pada 7 Desember 2023 di Gedung Sutan Balia FISIP Universitas Riau.
"Saat itu kami juga berniat mengundang Kadis Kebudayaan. Namun karena kendala teknis di lapangan, acara hanya terlaksana Bersama Kadis Pariwisata. Meski begitu, informasi dan hasil diskusinya telah kami lanjutkan kepada pihak Dinas Kebudayaan di kemudian hari,"kata dia.
Dua Manfaat Besar bagi Riau
Hendrini menyampaikan, bahwa bila Riau serius menggarap isu ini, setidaknya ada dua manfaat besar yang dapat diraih. Pertama, "revitalisasi budaya" dapat dilakukan lebih efisien melalui pelibatan tenaga ahli yang tepat.
Kemudian Kedua, pemberdayaan mahasiswa HI secara konkret di tingkat daerah, yang selama ini kerap dianggap hanya relevan dalam konteks diplomasi antar negara.
Dirinya menilai, Banyak yang belum menyadari bahwa ini sebenarnya ruang kerja bagi kami dan mahasiswa HI. Padahal inilah kesempatan emas. Terlebih Bupati Kuansing Dr. H. Suhardiman Amby, M.M saat ini sedang menyusun pembangunan SDM dan pembentukan identitas budaya daerah.
Lantas Hendrini menekankan, bahwa proses pengajuan ke UNESCO harus dilakukan oleh pemerintah daerah dan diajukan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebelum dapat diteruskan ke tingkat internasional.
Banyak usulan dari daerah lain yang gagal karena tidak memahami alur, atau karena kurangnya komitmen jangka Panjang. Kami tahu jalurnya, Jadi akan sangat disayangkan bila tim yang sudah siap tidak diberi ruang untuk berperan,"bebernya.
Momentum Pelestarian, Bukan Seremonial
Menanggapi euforia atas popularitas Pacu Jalur saat ini, Hendrini menilai bahwa inilah waktu yang paling tepat untuk menjawab ajakan kolaborasi yang telah ia suarakan sejak beberapa tahun lalu.
Banyak pihak kini mengambil panggung dalam popularitas Pacu Jalur. Tapi ini bukan tentang panggung. Ini tentang pelestarian. "Ini saatnya kita bergerak serius dan menunjuk tim yang memang memahami prosesnya,”katanya lagi
Sebagai informasi, hingga tahun 2024, UNESCO telah menginspirasi 788 elemen ICH dari seluruh dunia. Namun, hanya 16 elemen berasal dari Indonesia, di antaranya adalah Wayang, Angklung, Batik, Gamelan, Tari Saman hingga yang terbaru Reog Ponorogo.
Dikatakan, Tujuan mendaftarkan warisan budaya ke UNESCO bukan semata demi dana hibah. Ini adalah soal identitas, keberlanjutan, dan pelestarian kekayaan bersama. ICH mencakup praktis, ekspresi, pengetahuan, dan keterampilan yang diakui masyarakat sebagai bagian dari warisan budaya mereka.
(RED/Pal)
Tulis Komentar